Profil Desa Derongisor

Ketahui informasi secara rinci Desa Derongisor mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Derongisor

Tentang Kami

Bersemayam di lereng tinggi Mojotengah, Wonosobo, Desa Derongisor merupakan lumbung hortikultura. Desa ini dikenal sebagai penghasil kentang, carica, dan aneka sayuran di atas lanskap mahakarya terasering yang memukau dan subur.

  • Lumbung Hortikultura Ketinggian

    Perekonomian dan denyut nadi kehidupan Desa Derongisor secara fundamental digerakkan oleh pertanian hortikultura intensif dataran tinggi, dengan kentang, daun bawang, dan buah Carica sebagai komoditas utamanya.

  • Mahakarya Lanskap Terasering

    Bentang alam desa ini ialah sebuah testimoni keuletan warganya, di mana lereng-lereng perbukitan yang terjal diubah menjadi sistem terasering (sengkedan) produktif yang efisien dan indah secara visual.

  • Identitas Kultural yang Hidup

    Di tengah kesibukan mengolah lahan, masyarakat Desa Derongisor secara aktif melestarikan dan mementaskan kesenian tradisional Kuda Kepang (Jaran Kepang) sebagai bagian penting dari ekspresi budaya dan ritual sosial.

XM Broker

Di ketinggian lereng pegunungan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, terhampar sebuah desa yang namanya menyiratkan posisi "di bawah", namun sesungguhnya berada di garda terdepan produksi pangan dataran tinggi. Desa Derongisor, yang namanya diduga berarti "Derongi Bawah", justru menampilkan pemandangan agung dari ketinggiannya: sebuah simfoni visual dari ribuan petak terasering yang membalut perbukitan. Desa ini merupakan lumbung hortikultura yang vital, sebuah mahakarya lanskap yang diciptakan oleh tangan-tangan ulet para petaninya. Di sini, siklus hidup berjalan selaras dengan musim tanam kentang, aroma khas daun bawang dan manisnya buah Carica. Jauh dari hiruk pikuk jalan raya, Derongisor ialah potret otentik tentang bagaimana sebuah komunitas membangun peradaban agraris yang tangguh, produktif, dan berbudaya.

Geografi di Lereng Atas: Tanah Subur di Ketinggian

Desa Derongisor secara geografis terletak di zona agroklimat dataran tinggi Kecamatan Mojotengah. Posisinya yang berada di lereng atas, dengan ketinggian ideal, dianugerahi tanah vulkanik yang subur dan temperatur udara sejuk yang sangat cocok untuk pertanian hortikultura. Luas wilayah desa ini tercatat sekitar 2,83 kilometer persegi. Hampir tidak ada sejengkal tanah landai yang dapat ditemukan; seluruh wilayahnya terdiri dari perbukitan terjal yang telah disulap menjadi lahan pertanian produktif melalui sistem terasering. Sistem ini tidak hanya memungkinkan penanaman, tetapi juga berfungsi vital sebagai metode konservasi tanah dan air, mencegah erosi di lahan miring.Secara administratif, Desa Derongisor berbatasan dengan beberapa desa agraris lainnya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Keseneng. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Deroduwur. Sementara di sisi selatan berbatasan dengan Desa Pungangan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Watumalang.Populasi Desa Derongisor yang terdiri dari ribuan jiwa memiliki mata pencaharian yang homogen, yakni sebagai petani. Seluruh aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga budaya, sangat dipengaruhi oleh aktivitas pertanian. Karakter masyarakatnya terbentuk kuat oleh alam: tangguh, pekerja keras, dan memiliki semangat kebersamaan yang tinggi untuk menghadapi tantangan alam pegunungan.

Kisah di Balik Nama `Derongi Bawah`

Nama "Derongisor" menjadi penanda identitas yang unik. Terdiri dari dua kata, "Derongi" yang kemungkinan merujuk pada nama sebuah tempat atau penanda alam, dan "Sor" yang dalam bahasa Jawa berarti "bawah". Nama ini mengindikasikan bahwa posisi desa ini berada di bawah sebuah entitas lain, yang diyakini ialah Desa Derongiduwur ("Derongi Atas") yang secara geografis memang berada di ketinggian yang lebih darinya.Pembagian nama berdasarkan posisi ketinggian ini merupakan hal yang lazim ditemukan di kawasan pegunungan dan mencerminkan cara masyarakat tradisional memetakan ruang hidup mereka. Nama ini bukan sekadar label administratif, melainkan sebuah penegasan tentang posisi dan hubungan spasial dengan komunitas tetangganya. Ia menceritakan sebuah tatanan sosial-geografis yang telah berlangsung lama dan menjadi bagian dari sejarah kolektif masyarakat lereng gunung.

Trinitas Pertanian: Kentang, Loncang, dan Carica sebagai Pilar Ekonomi

Perekonomian Desa Derongisor ditopang oleh tiga pilar utama komoditas pertanian atau sebuah "trinitas" agribisnis yang menjadi andalan warganya.Kentang menempati posisi teratas sebagai komoditas utama. Kentang dari wilayah ini, yang sering dikategorikan sebagai kentang kualitas Dieng, menjadi sumber pendapatan pokok bagi mayoritas keluarga. Para petani telah menguasai seluk-beluk budidaya kentang, dari pemilihan bibit hingga penanganan pascapanen, untuk menghasilkan umbi yang memenuhi standar pasar.Daun Bawang atau yang dikenal masyarakat lokal sebagai loncang, menjadi pilar kedua. Sayuran ini memiliki permintaan pasar yang stabil dan siklus panen yang lebih cepat dibandingkan kentang, menjadikannya sumber arus kas (cash flow) yang penting bagi petani sambil menunggu panen utama.Carica (Vasconcellea cundinamarcensis), si "pepaya gunung" yang menjadi ikon Wonosobo, merupakan pilar ketiga yang memberikan nilai tambah unik. Meskipun tidak seluas kentang, budidaya Carica di sela-sela lahan menjadi sumber pendapatan yang sangat menguntungkan. Buah ini dijual kepada para pelaku industri pengolahan di desa-desa bawah untuk dijadikan manisan, memberikan diversifikasi produk dan pendapatan bagi petani Derongisor.

Terasering: Seni Mengolah Tanah, Merawat Kehidupan

Berbicara tentang Derongisor tidak akan lengkap tanpa membahas sistem teraseringnya. Lanskap desa ini merupakan bukti nyata dari kerja keras dan kearifan para petaninya. Terasering bukan sekadar teknik bertani, melainkan sebuah seni mengelola kontur tanah, air, dan kesuburan. Setiap petak sawah dibuat dengan perhitungan yang cermat untuk memaksimalkan area tanam dan meminimalkan risiko longsor.Proses pembuatan dan perawatan terasering ini dilakukan secara gotong royong dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bagi masyarakat Derongisor, terasering ialah warisan peradaban yang memungkinkan mereka untuk hidup dan berkembang di tengah kondisi alam yang menantang. Pemandangan terasering yang hijau dan berundak-undak tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga menyajikan keindahan visual yang luar biasa.

Derap Kuda Kepang di Sela Panen Raya

Di tengah kerasnya kehidupan sebagai petani gunung, masyarakat Desa Derongisor memiliki ruang untuk berekspresi dan merayakan kehidupan melalui kesenian. Salah satu kesenian yang paling hidup dan lestari di sini ialah Kuda Kepang (juga disebut Jaran Kepang atau Kuda Lumping). Kesenian ini menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan komunal, seperti merti dusun (bersih desa), hajatan warga, atau perayaan hari kemerdekaan.Grup-grup kesenian Kuda Kepang yang terdiri dari para pemuda desa secara rutin berlatih dan tampil, diiringi oleh musik gamelan yang khas. Tarian yang energik dan atraksi magis yang sering menyertainya menjadi hiburan utama sekaligus ritual sosial yang mempererat ikatan antarwarga. Keberadaan kesenian ini menunjukkan bahwa masyarakat Derongisor tidak hanya ulet dalam bekerja, tetapi juga kaya akan ekspresi budaya yang menjadi penyeimbang dan sumber semangat dalam kehidupan mereka.

Dinamika Komunitas Petani Pegunungan

Kehidupan sosial di Desa Derongisor sangat komunal. Kekuatan utama masyarakatnya terletak pada lembaga-lembaga informal seperti kelompok tani dan semangat gotong royong. Kelompok tani menjadi wadah untuk berdiskusi, belajar, dan menyelesaikan masalah pertanian secara bersama-sama. Sementara itu, gotong royong menjadi praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari memperbaiki jalan usaha tani, membantu tetangga yang sedang panen, hingga membangun rumah.Meskipun demikian, mereka juga menghadapi tantangan bersama, terutama ketidakpastian harga jual hasil panen yang seringkali dikendalikan oleh tengkulak, serta kenaikan harga pupuk dan pestisida. Perjuangan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik menjadi agenda kolektif yang terus diupayakan melalui penguatan kelembagaan dan solidaritas antarpetani.